1 dan 2 Makabe

Kitab 1 dan 2 Makabe adalah dua kitab sejarah yang menceritakan peristiwa heroik pemberontakan bangsa Yahudi melawan penindasan Kekaisaran Seleukia pada abad ke-2 SM. Kedua kitab ini merupakan bagian dari Deuterokanonika (diakui sebagai kitab suci oleh Gereja Katolik dan Ortodoks) dan Apokrifa (tidak diakui oleh Protestan dan Yahudi). Meskipun menceritakan periode waktu yang tumpang tindih, kedua kitab ini adalah karya independen dengan fokus dan penekanan teologis yang berbeda

Nov 13, 2025

Rangkuman Kitab 1 dan 2 Makabe

notion image

BAGIAN 1: FAKTA KUNCI & WAWASAN KITAB MAKABE

Bagian ini berisi informasi penting untuk memahami konteks Kitab 1 dan 2 Makabe.
Tentang Kitab Makabe (Umum)
  • Posisi dalam Alkitab: Kitab-kitab ini termasuk dalam kanon Deuterokanonika dalam tradisi Katolik dan Ortodoks. Tradisi Protestan umumnya tidak memasukkannya dalam kanon Alkitab mereka.
  • Inti Cerita: Keduanya menceritakan perjuangan heroik bangsa Yahudi melawan penindasan Kekaisaran Seleukia (Yunani-Suriah) pada abad ke-2 SM. Fokus utamanya adalah penganiayaan di bawah Raja Antiokhus IV Epifanes, yang mencoba menghapuskan Yudaisme dan memaksakan budaya Helenistik (Yunani).
  • Peristiwa Sentral: Pemberontakan yang dipimpin oleh keluarga Hasmonean (dijuluki "Makabe" atau "Palu"), yang berpuncak pada pembersihan dan pentahbisan ulang Bait Allah di Yerusalem. Peristiwa ini dirayakan hingga hari ini sebagai hari raya Yahudi, Hanukkah (Pesta Pentahbisan).
Perbandingan Kitab 1 Makabe vs. 2 Makabe
Aspek
1 Makabe
2 Makabe
Gaya Penulisan
Sejarah faktual, kronologis, dan politis. Mirip Kitab Raja-raja. Ditulis dalam bahasa Ibrani (aslinya).
Teologis, dramatis, dan moralistis. Penuh pidato dan deskripsi grafis. Ditulis dalam bahasa Yunani.
Penulis
Seorang sejarawan Yahudi anonim di Palestina. Pro-dinasti Hasmonean.
Ringkasan (epitome) dari karya 5 jilid oleh Jason dari Kirene (karya aslinya hilang).
Rentang Waktu
Cukup panjang (±40 tahun): Mulai 175 SM (Antiokhus IV) hingga 134 SM (kematian Simon).
Cukup pendek (±15 tahun): Mulai 176 SM (sebelum krisis) hingga 161 SM (kemenangan atas Nikanor).
Fokus Cerita
Perang, strategi militer, dan diplomasi politik (misalnya, perjanjian dengan Roma). Tuhan bekerja "di balik layar" melalui para pahlawan.
Kemartiran, intervensi ilahi (malaikat), mukjizat, dan kesalehan. Tuhan bekerja "secara langsung".
Pokok Teologis Penting (Terutama dari 2 Makabe)
  • Kemartiran (2 Makabe 6-7): Kisah heroik Eleazar serta tujuh bersaudara dan ibu mereka yang memilih mati disiksa daripada mengkhianati Taurat.
  • Kebangkitan Orang Mati (2 Makabe 7:9, 14, 23): Para martir tersebut mati dengan keyakinan teguh bahwa Tuhan akan membangkitkan mereka pada kehidupan kekal. Ini adalah salah satu referensi paling eksplisit tentang kebangkitan badan dalam Perjanjian Lama.
  • Doa Syafaat Para Kudus (2 Makabe 15:12-16): Yudas bermimpi melihat mendiang Imam Besar Onias III dan Nabi Yeremia mendoakan bangsa Yahudi.
  • Kurban/Doa bagi Arwah (2 Makabe 12:43-45): Setelah menemukan jimat pada prajurit yang gugur, Yudas mengumpulkan persembahan untuk kurban penghapus dosa di Yerusalem. Kitab ini memuji tindakannya, "oleh karena ia memikirkan kebangkitan... Karena itu didoakannya supaya dosa mereka itu diampuni sepenuhnya." (Ayat ini menjadi salah satu dasar ajaran Katolik tentang Purgatorium/Api Penyucian).

BAGIAN 2: RANGKUMAN NARATIF ISI KITAB

Berikut adalah alur cerita lengkap yang menggabungkan peristiwa dari 1 dan 2 Makabe secara berurutan, dimulai dengan fokus pada 1 Makabe sebagai tulang punggung kronologis, diselingi peristiwa teologis dari 2 Makabe.

Latar Belakang Krisis (±175 SM)

Kisah dimulai setelah penaklukan Aleksander Agung. Kekaisarannya pecah, dan Yudea jatuh di bawah kekuasaan Kekaisaran Seleukia (Yunani-Suriah). Saat Antiokhus IV Epifanes naik takhta, ia memulai program Helenisasi paksa. Ia didukung oleh beberapa orang Yahudi yang murtad, seperti Yason dan kemudian Menelaus, yang saling menyuap raja untuk jabatan Imam Besar. Kitab 2 Makabe mencatat bagaimana keserakahan Menelaus menyebabkan penjarahan Bait Allah dan pembunuhan Imam Besar yang saleh, Onias III.
Antiokhus IV kemudian mengeluarkan dekret yang melarang praktik Yudaisme. Sunat, perayaan Sabat, dan kepemilikan Taurat diancam dengan hukuman mati. Puncaknya, ia menajiskan Bait Allah di Yerusalem dengan mendirikan mezbah untuk dewa Zeus dan mempersembahkan kurban babi di atasnya—dikenal sebagai "Kekejian yang membinasakan."

Pemberontakan Matatias (±167 SM)

Perlawanan dimulai di kota kecil Modein. Seorang imam tua bernama Matatias diperintahkan oleh utusan raja untuk mempersembahkan kurban pagan. Ia menolak. Ketika seorang Yahudi lain maju untuk melakukannya, Matatias, dalam kemarahan yang kudus, membunuh orang Yahudi itu dan utusan raja. Ia berseru, "Siapa saja yang rindu memegang hukum Taurat dan perjanjian, ayo, ikutlah aku!"
Matatias dan kelima putranya—Yohanes (Gadi), Simon (Tasi), Yudas (Makabeus), Eleazar (Avaran), dan Yonatan (Afus)—melarikan diri ke perbukitan. Mereka memulai perang gerilya, merobohkan mezbah-mezbah pagan dan menyunat anak-anak secara paksa.

Kepemimpinan Yudas Makabeus (±166–160 SM)

Sebelum wafat, Matatias menunjuk putranya, Yudas Makabeus ("Sang Palu"), sebagai panglima perang. Yudas adalah seorang ahli strategi militer yang brilian. Meskipun kalah jumlah, pasukannya yang saleh berhasil mengalahkan jenderal-jenderal besar Seleukia seperti Apolonius, Seron, dan Lisias dalam serangkaian pertempuran yang menakjubkan. Kitab 2 Makabe menekankan bahwa kemenangan ini terjadi berkat bantuan ilahi, termasuk penampakan malaikat berkuda yang membantu pasukan Yudas.
Selama masa penganiayaan ini, 2 Makabe mencatat kisah-kisah kemartiran yang luar biasa. Seorang ahli Taurat berusia 90 tahun, Eleazar, memilih mati disiksa daripada berpura-pura makan daging babi, agar tidak memberi contoh buruk bagi kaum muda. Yang paling terkenal adalah kisah tujuh bersaudara dan ibu mereka, yang satu per satu disiksa secara brutal oleh Antiokhus IV karena menolak makan babi. Mereka semua mati dengan iman yang teguh akan kebangkitan orang mati.
Kemenangan militer terbesar Yudas adalah perebutan kembali Yerusalem. Mereka menemukan Bait Allah telah dinajiskan. Mereka membersihkannya, membuat perlengkapan kudus yang baru, dan mentahbiskan kembali Bait Allah. Perayaan pentahbisan ini (Hanukkah) ditetapkan sebagai hari raya tahunan (1 Makabe 4:59). Tak lama setelah itu, Antiokhus IV mati secara mengenaskan (1 Makabe menggambarkannya mati karena depresi di Persia; 2 Makabe menggambarkannya mati karena penyakit usus yang mengerikan setelah mencoba merampok kuil).
Perjuangan belum berakhir. Raja baru, Antiokhus V, dan jenderalnya Lisias kembali menyerang. Dalam pertempuran ini, Eleazar, saudara Yudas, melihat gajah perang yang dihias mewah dan mengira itu membawa raja. Ia berlari ke bawah gajah itu, menusuknya, dan mati tertimpa gajah tersebut demi menyelamatkan bangsanya.
Perang berlanjut di bawah raja Demetrius I, yang mengirim jenderal Bakhides dan Nikanor. Nikanor secara khusus sangat membenci orang Yahudi dan menghujat Allah. Sebelum pertempuran melawan Nikanor, Yudas bermimpi melihat Onias III dan Nabi Yeremia mendoakan umat (2 Makabe 15). Yudas akhirnya mengalahkan dan membunuh Nikanor. Kepala dan tangan Nikanor dipotong dan dipajang di Yerusalem.
Untuk memperkuat posisinya, Yudas mengambil langkah politik berani dengan membuat perjanjian persekutuan dengan Roma. Namun, tak lama kemudian, Yudas terkepung oleh pasukan Bakhides. Sebagian besar pasukannya melarikan diri, tetapi Yudas menolak mundur dan akhirnya gugur secara heroik dalam pertempuran.

Kepemimpinan Yonatan (±160–143 SM)

Setelah kematian Yudas, perjuangan dilanjutkan oleh saudaranya, Yonatan. Ia memimpin sisa-sisa pasukan dan menggunakan diplomasi yang cerdik di tengah perang saudara Seleukia antara Demetrius I dan penuntut takhta, Aleksander Balas. Yonatan berhasil diangkat menjadi Imam Besar oleh Balas, memulai dinasti Hasmonean yang akan memerintah Yudea selama satu abad. Yonatan terus memperkuat Yudea, namun akhirnya ia dijebak, ditangkap, dan dibunuh oleh jenderal Seleukia yang licik, Trifo.

Kepemimpinan Simon (±143–134 SM)

Simon, saudara terakhir Matatias yang masih hidup, mengambil alih kepemimpinan. Ia adalah seorang negarawan yang bijak. Simon memanfaatkan kekacauan internal Seleukia untuk mencapai apa yang tidak bisa dicapai oleh perang: kemerdekaan penuh. Raja Demetrius II memberikan pembebasan pajak total kepada Yudea, menjadikannya negara merdeka (142 SM). Simon diakui oleh rakyat sebagai Imam Besar, panglima perang, dan pemimpin etnis (Etnark) secara turun-temurun.
Kitab 1 Makabe berakhir dengan tragedi. Setelah masa damai dan kemakmuran, Simon dan dua putranya (Matatias dan Yudas) dibunuh secara licik dalam sebuah perjamuan oleh menantunya sendiri, Ptolemeus, yang ingin merebut kekuasaan. Namun, putra ketiga Simon, Yohanes Hirkanus, berhasil lolos dan mengambil alih kepemimpinan ayahnya, melanjutkan dinasti Hasmonean.