1 Raja-Raja

Kitab 1 Raja-Raja mencatat sejarah Israel dari pemerintahan Raja Daud hingga pelayanan Nabi Elia, menggambarkan kemegahan dan perpecahan kerajaan. Raja Salomo memimpin Israel ke puncak kejayaan dengan membangun Bait Suci, tetapi ketidaktaatannya menyebabkan kemarahan Tuhan dan perpecahan kerajaan setelah kematiannya. Kerajaan terpecah menjadi Israel dan Yehuda, dengan konflik dan kemerosotan rohani yang mendominasi. Nabi Elia muncul untuk menantang penyembahan Baal yang dipromosikan oleh Raja Ahab dan Izebel, culminating in a dramatic confrontation on Mount Carmel.

Nov 9, 2025

Rangkuman Lengkap Kitab 1 Raja-Raja: Dari Kemegahan Hingga Perpecahan

notion image

Pengantar: Memahami Konteks 1 Raja-Raja

Kitab 1 Raja-Raja melanjutkan narasi sejarah Israel tepat di mana Kitab 2 Samuel berakhir. Kitab ini mencatat periode sekitar 120 tahun, dimulai dari akhir pemerintahan Raja Daud hingga masa pelayanan Nabi Elia. Ini adalah kisah tentang kontras yang tajam: sebuah kerajaan yang mencapai puncak kemegahan, kekayaan, dan kebijaksanaan yang belum pernah terjadi sebelumnya, lalu jatuh ke dalam perpecahan yang tragis dan kemerosotan rohani yang dalam.
Dua tokoh utama mendominasi paruh pertama dan kedua kitab ini: Raja Salomo, yang membangun Bait Suci dan memimpin Israel ke zaman keemasannya, dan Nabi Elia, yang dipanggil Tuhan untuk menantang penyembahan berhala yang merajalela pada masa raja-raja yang jahat. Tema utamanya adalah konsekuensi dari ketaatan dan ketidaktaatan. Kitab ini secara sistematis mengevaluasi setiap raja berdasarkan satu standar utama: apakah mereka setia kepada perjanjian Tuhan seperti Daud, atau apakah mereka menyimpang ke dalam penyembahan berhala?

Bagian 1: Kerajaan Bersatu di Bawah Salomo (Pasal 1-11)

Kisah dibuka dengan Raja Daud yang sudah tua dan lemah. Putranya, Adonia, mencoba merebut takhta dengan dukungan panglima Yoab dan imam Abyatar. Namun, Nabi Natan dan Batsyeba, ibu Salomo, segera bertindak mengingatkan Daud akan janjinya. Daud pun memerintahkan agar Salomo segera diurapi menjadi raja. Dengan demikian, Salomo naik takhta dan mengamankan kekuasaannya.
Awal pemerintahan Salomo ditandai oleh sebuah peristiwa monumental. Dalam sebuah mimpi, Tuhan menampakkan diri kepadanya dan menawarkan apa pun yang ia minta. Salomo tidak meminta kekayaan atau umur panjang, melainkan hati yang bijaksana untuk dapat memerintah umat Tuhan dengan adil. Permintaan ini sangat menyenangkan Tuhan, sehingga Ia tidak hanya memberinya hikmat yang tak tertandingi, tetapi juga kekayaan dan kehormatan. Hikmat Salomo segera terbukti dalam kasus pengadilan yang terkenal antara dua orang ibu yang memperebutkan seorang bayi.
Dengan hikmat dan kekayaan yang melimpah, Salomo memimpin Israel ke puncak kejayaannya. Proyek terbesarnya adalah membangun Bait Suci yang megah di Yerusalem, sebuah impian yang diwariskan dari ayahnya, Daud. Selama tujuh tahun, dengan material terbaik dan para pengrajin ulung, ia mendirikan sebuah bangunan yang menjadi pusat ibadah dan simbol kehadiran Tuhan di tengah-tengah umat-Nya. Pada saat pentahbisannya, kemuliaan Tuhan memenuhi Bait Suci itu.
Kemasyhuran Salomo menyebar ke seluruh dunia. Ratu Syeba datang dari negeri yang jauh untuk menguji hikmatnya dan terpesona oleh apa yang ia lihat. Namun, di tengah semua kemegahan ini, benih-benih kehancuran mulai ditabur. Salomo mengabaikan perintah Tuhan untuk tidak mengambil banyak istri dari bangsa asing. Ia menikahi 700 istri dan 300 gundik, banyak di antaranya membawa dewa-dewa mereka. Di masa tuanya, istri-istrinya itu mencondongkan hatinya dari Tuhan kepada ilah-ilah lain.
Akibat ketidaksetiaannya, Tuhan murka. Ia memberitahukan kepada Salomo bahwa kerajaan itu akan dirobek darinya, meskipun demi Daud, hal itu baru akan terjadi pada masa pemerintahan anaknya. Tuhan juga membangkitkan musuh-musuh bagi Salomo, termasuk seorang pegawai bernama Yerobeam, yang kepadanya Nabi Ahia telah menubuatkan bahwa ia akan memerintah atas sepuluh suku Israel.

Bagian 2: Kerajaan Terpecah – Israel dan Yehuda (Pasal 12-16)

Setelah Salomo wafat, putranya Rehabeam naik takhta. Rakyat Israel datang kepadanya, meminta agar beban pajak dan kerja paksa yang berat dari zaman Salomo diringankan. Alih-alih mendengarkan nasihat para tua-tua yang bijaksana, Rehabeam mengikuti saran teman-teman mudanya dan menjawab dengan angkuh, "Ayahku telah memberati kamu dengan cambuk, tetapi aku akan menghajar kamu dengan cambuk yang berduri besi!"
Jawaban ini memicu pemberontakan. Sepuluh suku di utara memisahkan diri dan mengangkat Yerobeam sebagai raja mereka. Kerajaan itu pun terpecah menjadi dua:
  1. Kerajaan Israel (di Utara), dengan 10 suku di bawah pimpinan Raja Yerobeam.
  1. Kerajaan Yehuda (di Selatan), dengan suku Yehuda dan Benyamin yang tetap setia kepada garis keturunan Daud di bawah pimpinan Raja Rehabeam.
Untuk mencegah rakyatnya pergi beribadah ke Yerusalem (yang berada di wilayah Yehuda), Yerobeam melakukan dosa besar yang menjadi standar kejahatan bagi raja-raja Israel berikutnya. Ia membuat dua patung anak lembu emas, satu di Betel dan satu di Dan, dan berkata kepada rakyatnya, "Inilah allahmu yang telah menuntun engkau keluar dari Mesir!"
Sejak saat itu, sejarah kedua kerajaan ini dipenuhi dengan konflik, peperangan, dan kemerosotan rohani, terutama di Kerajaan Utara. Kitab 1 Raja-Raja mencatat suksesi raja-raja, baik di Israel maupun Yehuda. Di Israel, para raja hampir semuanya jahat, dan dinastinya sering kali berganti melalui kudeta dan pembunuhan. Salah satu yang paling terkenal adalah dinasti Omri, yang putranya, Ahab, menjadi raja yang paling jahat.

Bagian 3: Pelayanan Nabi Elia Melawan Kejahatan Ahab (Pasal 17-22)

Pemerintahan Raja Ahab di Israel menandai titik terendah dalam sejarah rohani bangsa itu. Ia menikahi Izebel, seorang putri dari Sidon yang fanatik menyembah Baal. Bersama-sama, mereka menjadikan penyembahan Baal sebagai agama resmi negara, membangun kuil untuknya, dan menganiaya nabi-nabi Tuhan.
Sebagai respons atas kejahatan ini, Tuhan mengutus Nabi Elia. Ia muncul secara dramatis di hadapan Ahab dan menubuatkan akan datangnya kekeringan panjang sebagai hukuman. Selama masa kekeringan itu, Tuhan memelihara Elia secara ajaib—pertama oleh burung gagak di tepi sungai, kemudian melalui seorang janda di Sarfat yang tepung dan minyaknya tidak pernah habis.
Puncak dari pelayanan Elia adalah konfrontasi epik di Gunung Karmel. Ia menantang 450 nabi Baal untuk membuktikan siapa Allah yang benar. Para nabi Baal berseru kepada dewa mereka dari pagi hingga petang tanpa hasil. Kemudian, Elia berdoa kepada Tuhan. Api pun turun dari langit, membakar habis kurban persembahan yang telah disiram air, mezbah, dan bahkan air di sekelilingnya. Rakyat pun berseru, "TUHAN, Dialah Allah!" Setelah kemenangan ini, Elia memerintahkan agar semua nabi Baal dibunuh, dan hujan pun turun mengakhiri kekeringan.
Meskipun meraih kemenangan besar, ancaman dari Izebel membuat Elia melarikan diri ke padang gurun dalam ketakutan dan keputusasaan. Di sana, di Gunung Horeb, Tuhan menemuinya bukan dalam angin badai, gempa, atau api, tetapi dalam "bunyi angin sepoi-sepoi basa," memberinya kekuatan baru dan tugas-tugas selanjutnya.
Salah satu kisah terkenal lainnya adalah tentang Nabot dan kebun anggurnya. Ketika Ahab menginginkan kebun anggur itu dan Nabot menolak menjualnya, Izebel merekayasa tuduhan palsu sehingga Nabot dirajam sampai mati. Ahab pun mengambil kebun itu. Elia datang menemui Ahab dan mengucapkan kutukan mengerikan atas dia dan Izebel, menubuatkan bahwa mereka akan mati secara mengenaskan.
Kitab ini diakhiri dengan kematian Ahab. Meskipun ia menyamar dalam pertempuran melawan Aram, sebatang panah yang dilepaskan secara acak menembusnya, tepat seperti yang telah dinubuatkan. Anaknya, Ahazia, menggantikannya di Israel, dan Yosafat memerintah sebagai raja yang baik di Yehuda, menyiapkan panggung untuk peristiwa-peristiwa yang akan dicatat dalam Kitab 2 Raja-Raja.