Kitab Ezra mencatat sejarah pemulihan bangsa Israel setelah pembuangan di Babel, dimulai dengan dekrit Raja Koresh yang mengizinkan mereka kembali dan membangun kembali Bait Suci. Terdapat dua babak utama: pembangunan Bait Suci di bawah Zerubabel dan pemulihan spiritual di bawah Ezra, yang menekankan pentingnya hukum Tuhan dan pertobatan dari perkawinan campur. Kisah ini menggambarkan harapan, iman, dan tantangan dalam membangun kembali identitas bangsa pilihan Tuhan.
Rangkuman Lengkap Kitab Ezra: Kembalinya Sebuah Bangsa
Memahami Kitab Ezra
Kitab Ezra adalah catatan sejarah yang krusial dalam Alkitab, menjembatani periode pembuangan bangsa Israel di Babel dengan pemulihan komunitas mereka di Yerusalem. Kitab ini bukan sekadar laporan, melainkan sebuah kisah tentang harapan, iman, dan tantangan dalam membangun kembali identitas bangsa pilihan Tuhan.
Konteks Sejarah:
Waktu Kejadian: Sekitar 538 SM hingga 458 SM.
Latar Belakang: Bangsa Yehuda (kerajaan selatan Israel) telah ditaklukkan oleh Kerajaan Babel, dan Bait Suci yang dibangun oleh Salomo dihancurkan. Kaum terpandang dan terpelajar diangkut ke Babel sebagai tawanan selama 70 tahun, sesuai nubuat Nabi Yeremia.
Pergantian Kekuasaan: Kekaisaran Persia di bawah pimpinan Raja Koresh (Cyrus) Agung menaklukkan Babel. Berbeda dengan Babel, kebijakan Persia lebih toleran. Koresh mengizinkan bangsa-bangsa taklukan untuk kembali ke tanah air mereka dan menyembah dewa mereka masing-masing.
Penulis dan Tujuan:
Secara tradisi, kitab ini diyakini ditulis oleh Ezra, seorang imam dan ahli Taurat (hukum Tuhan) yang sangat dihormati.
Tujuannya adalah untuk mencatat bagaimana Tuhan dengan setia memenuhi janji-Nya untuk memulihkan umat-Nya, serta menekankan pentingnya Bait Suci sebagai pusat ibadah dan Taurat sebagai panduan hidup.
Struktur Utama Kitab: Kitab ini secara alami terbagi menjadi dua bagian besar:
Ezra 1-6: Menceritakan gelombang pertama kepulangan di bawah pimpinan Zerubabel untuk membangun kembali Bait Suci.
Ezra 7-10: Menceritakan gelombang kedua kepulangan, sekitar 60 tahun kemudian, di bawah pimpinan Ezra untuk memulihkan kehidupan rohani umat.
Dengan memahami latar belakang ini, alur cerita dalam Kitab Ezra akan menjadi jauh lebih hidup dan bermakna.
Kisah Ezra adalah epik kepulangan sebuah bangsa dari keterasingan menuju pemulihan, yang terbagi dalam dua babak besar.
Babak Pertama: Pembangunan Kembali Bait Suci (Ezra 1–6)
1. Sebuah Dekrit Penuh Harapan Kisah dimulai dengan sebuah kejutan ilahi. Koresh Agung, raja Persia yang perkasa, mengeluarkan dekrit yang mengizinkan orang-orang Yahudi di pembuangan untuk kembali ke Yerusalem. Bukan hanya itu, ia memerintahkan agar Bait Suci Tuhan dibangun kembali dan bahkan mengembalikan 5.400 perkakas emas dan perak milik Bait Suci yang dulu dijarah oleh Nebukadnezar dari Babel.
2. Rombongan Pertama Pulang Sekitar 50.000 orang menyambut panggilan ini. Mereka dipimpin oleh dua tokoh sentral: Zerubabel (seorang gubernur dari garis keturunan Raja Daud) dan Yesua (Imam Besar). Setibanya di Yerusalem yang telah menjadi puing, prioritas pertama mereka adalah membangun kembali mezbah. Di atas mezbah itu, mereka segera mempersembahkan korban bakaran dan merayakan Hari Raya Pondok Daun, menandai dimulainya kembali ibadah kepada Tuhan.
3. Peletakan Dasar dan Perlawanan Dengan semangat, mereka meletakkan fondasi Bait Suci yang baru. Momen itu dipenuhi emosi campur aduk. Generasi muda bersorak-sorai, sementara para orang tua yang pernah melihat kemegahan Bait Suci Salomo menangis haru sekaligus sedih.
Namun, pekerjaan mereka tidak berjalan mulus. Penduduk sekitar (yang merupakan keturunan campuran dan tidak murni menyembah Tuhan) menawarkan bantuan, tetapi niat mereka tidak tulus. Ketika tawaran mereka ditolak, mereka berubah menjadi musuh. Mereka menyebarkan fitnah dan menyuap para pejabat Persia untuk menghentikan proyek tersebut. Akibatnya, pembangunan Bait Suci terhenti selama bertahun-tahun.
4. Dorongan Para Nabi dan Dukungan Raja Baru Pekerjaan itu terbengkalai hingga Tuhan membangkitkan dua nabi, Hagai dan Zakharia. Dengan khotbah yang berapi-api, mereka menegur kelalaian bangsa itu dan mendorong mereka untuk melanjutkan pembangunan.
Terinspirasi, Zerubabel dan Yesua kembali memimpin pekerjaan. Hal ini menarik perhatian Tatenai, gubernur Persia di wilayah itu. Ia menantang otoritas mereka. Para pemimpin Yahudi merujuk pada dekrit awal dari Raja Koresh. Sebuah pencarian dilakukan di arsip kerajaan, dan benar saja, dekrit itu ditemukan. Raja Persia saat itu, Darius, tidak hanya mengizinkan pekerjaan dilanjutkan, tetapi juga memerintahkan Tatenai untuk membiayai proyek itu dari kas kerajaan.
5. Bait Suci Selesai! Dengan dukungan penuh, Bait Suci akhirnya selesai dibangun. Seluruh umat merayakan penahbisan (peresmian) dengan sukacita besar dan mempersembahkan ratusan hewan kurban. Mereka kemudian merayakan Paskah, perayaan pertama di Bait Suci yang baru. Babak pertama ditutup dengan kemenangan iman dan penyertaan Tuhan.
Babak Kedua: Pemulihan Rohani Umat (Ezra 7–10)
1. Babak Baru, Pemimpin Baru Kisah melompat sekitar 60 tahun ke depan. Raja Persia kini adalah Artahsasta. Di pembuangan, hiduplah Ezra, seorang imam dan ahli Taurat yang hatinya terpaut pada hukum Tuhan. Raja Artahsasta sangat menghormatinya dan memberinya surat kuasa, perbekalan melimpah, serta izin untuk memimpin gelombang kedua orang Yahudi kembali ke Yerusalem. Tujuannya: mengajarkan dan menegakkan kembali hukum Tuhan di tengah umat.
2. Perjalanan Penuh Iman Ezra mengumpulkan rombongan dan bersiap untuk perjalanan berbahaya. Alih-alih meminta pengawalan prajurit raja, Ezra menyatakan puasa dan berdoa, sepenuhnya mengandalkan perlindungan Tuhan. Perjalanan mereka pun berhasil dan aman.
3. Kenyataan Pahit di Yerusalem Setibanya di sana, Ezra mendapati sebuah masalah yang menghancurkan hatinya. Umat Israel, termasuk para imam dan pemimpin, telah mengabaikan perintah Tuhan. Mereka melakukan perkawinan campur dengan bangsa-bangsa sekitar yang tidak mengenal Tuhan. Praktik ini tidak hanya melanggar hukum Taurat tetapi juga mengancam identitas dan kekudusan mereka sebagai umat pilihan.
4. Doa dan Pertobatan Massal Hancur hati, Ezra merobek pakaiannya, mencabuti rambut dan janggutnya, lalu duduk termangu hingga petang. Kemudian, ia bersujud dan menaikkan doa pengakuan dosa yang sangat kuat di hadapan seluruh umat. Ia tidak menyalahkan mereka, tetapi menempatkan dirinya bersama mereka, mengakui pelanggaran kolektif bangsa itu di hadapan Tuhan.
Doa Ezra yang tulus menggerakkan hati orang banyak. Mereka menangis tersedu-sedu. Seorang pria bernama Sekhanya angkat bicara, "Kami memang telah berdosa, tetapi masih ada harapan. Mari kita buat perjanjian dengan Tuhan untuk mengusir semua istri asing dan anak-anak mereka, sesuai hukum."
5. Tindakan Tegas Ezra membuat para pemimpin bersumpah untuk melakukan hal itu. Sebuah rapat akbar diadakan di Yerusalem di tengah hujan deras. Seluruh umat setuju untuk menindaklanjuti masalah ini. Komite khusus dibentuk untuk memeriksa setiap kasus perkawinan campur. Proses ini memakan waktu tiga bulan.
Kitab ini diakhiri dengan sebuah daftar—berisi nama-nama semua pria yang telah mengambil istri asing dan setuju untuk menceraikan mereka. Ini adalah penutup yang serius dan tegas, menunjukkan bahwa pemulihan sejati menuntut pertobatan yang nyata dan tindakan yang menyakitkan sekalipun.
💡
Berikut adalah daftar para tokoh penting yang memainkan peran dalam Kitab Ezra, baik sebagai protagonis maupun sebagai bagian dari konteks sejarahnya.
Raja-Raja Persia
Koresh (Cyrus) Agung: Raja pertama Kekaisaran Persia. Melalui dekritnya, ia mengakhiri masa pembuangan di Babel dan memulai proses pemulihan.
Darius I: Raja Persia yang menggantikan Koresh. Ia menemukan kembali dekrit Koresh dan memerintahkan agar pembangunan Bait Suci didanai oleh kas kerajaan.
Artahsasta (Artaxerxes) I: Raja Persia yang mengutus Ezra ke Yerusalem dengan surat kuasa penuh untuk mengajarkan dan menegakkan Hukum Taurat.
Pemimpin Gelombang Pertama
Zerubabel: Gubernur Yehuda dan keturunan Raja Daud. Ia adalah pemimpin sipil dari rombongan pertama yang kembali dari Babel dan memimpin proyek pembangunan kembali Bait Suci.
Yesua bin Yozadak: Imam Besar yang kembali bersama Zerubabel. Ia bertanggung jawab atas pemulihan ibadah dan pelayanan keimaman.
Para Nabi
Hagai: Nabi yang, bersama Zakharia, mendorong bangsa Yahudi untuk melanjutkan pembangunan Bait Suci yang sempat terhenti.
Zakharia: Rekan Hagai yang juga bernubuat dan memberikan semangat rohani agar pekerjaan Tuhan diselesaikan.
Pemimpin Gelombang Kedua
Ezra: Tokoh utama di paruh kedua kitab ini. Seorang imam, ahli Taurat, dan pemimpin rohani yang memimpin reformasi di Yerusalem, terutama dalam isu perkawinan campur.
Tokoh Pendukung & Antagonis
Tatenai: Gubernur Persia untuk wilayah seberang sungai Efrat. Awalnya ia mempertanyakan dan menentang pembangunan Bait Suci, namun akhirnya patuh pada perintah Raja Darius.
Sekhanya: Salah seorang pria Israel yang tergerak oleh doa Ezra. Ia yang pertama kali mengusulkan solusi praktis untuk masalah perkawinan campur, yaitu membuat perjanjian untuk menyuruh pergi istri-istri asing.
Kitab 1 Tawarikh ditulis setelah kembalinya bangsa Israel dari pembuangan, berfungsi untuk meneguhkan identitas dan harapan mereka. Fokus utama adalah garis keturunan yang sah, penggambaran Daud sebagai raja ideal, dan pentingnya pembangunan Bait Suci. Silsilah yang panjang menegaskan identitas bangsa, sementara narasi tentang pemerintahan Daud menunjukkan persatuan dan ibadah yang benar sebagai dasar harapan bagi masa depan Israel.
Kitab 1 Samuel mencatat transisi dari kepemimpinan hakim ke monarki di Israel, berfokus pada tokoh-tokoh utama seperti Samuel, Saul, dan Daud. Samuel, sebagai nabi dan hakim terakhir, memimpin Israel melawan Filistin. Saul, raja pertama, ditolak Tuhan karena ketidaktaatan, sementara Daud, yang diurapi sebagai raja baru, menghadapi berbagai tantangan dan pengkhianatan sebelum Saul tewas dalam pertempuran, membuka jalan bagi Daud untuk naik takhta.
Kitab 1 Raja-Raja mencatat sejarah Israel dari pemerintahan Raja Daud hingga pelayanan Nabi Elia, menggambarkan kemegahan dan perpecahan kerajaan. Raja Salomo memimpin Israel ke puncak kejayaan dengan membangun Bait Suci, tetapi ketidaktaatannya menyebabkan kemarahan Tuhan dan perpecahan kerajaan setelah kematiannya. Kerajaan terpecah menjadi Israel dan Yehuda, dengan konflik dan kemerosotan rohani yang mendominasi. Nabi Elia muncul untuk menantang penyembahan Baal yang dipromosikan oleh Raja Ahab dan Izebel, culminating in a dramatic confrontation on Mount Carmel.