Kitab Obaja, yang ditulis oleh nabi Obaja, mengandung nubuat tentang kejatuhan Edom akibat kesombongan dan pengkhianatan terhadap Yehuda, serta janji pemulihan bagi Israel. Kitab ini menyoroti penghakiman ilahi terhadap Edom dan alasan di baliknya, termasuk tindakan acuh tak acuh mereka saat Yerusalem jatuh. Di akhir, terdapat harapan pemulihan di mana umat Israel akan kembali dan TUHAN akan menjadi raja, menegaskan keadilan dan kedaulatan Allah.
Rangkuman Kitab Obaja: Hukuman atas Edom dan Kemenangan Israel
Kitab Obaja adalah kitab terpendek dalam Perjanjian Lama. Kitab ini berisi nubuat tentang kejatuhan bangsa Edom karena kesombongan dan pengkhianatannya terhadap Yehuda (Israel), serta janji pemulihan akhir bagi umat TUHAN.
Bagian 1: Wawasan Kunci Kitab Obaja
Berikut adalah poin-poin penting untuk memahami konteks dan isi dari Kitab Obaja:
Penulis & Nama: Ditulis oleh nabi Obaja, yang namanya berarti "Hamba TUHAN". Tidak banyak yang diketahui tentang dirinya selain dari tulisan singkat ini.
Waktu Penulisan: Waktu penulisan kitab ini sering diperdebatkan. Namun, konteks yang paling kuat menempatkannya segera setelah kehancuran Yerusalem oleh Babel pada tahun 586 SM. Ini didasarkan pada deskripsi terperinci tentang bagaimana Edom (saudara Yehuda) bersukacita dan membantu musuh saat Yerusalem jatuh (Obaja 1:11-14).
Inti Cerita: Kitab ini adalah proklamasi penghakiman ilahi terhadap bangsa Edom (keturunan Esau) karena dua dosa utama: kesombongan yang ekstrem (Obaja 1:3) dan kekejaman serta pengkhianatan mereka terhadap Yehuda (keturunan Yakub, saudara kembar Esau) selama masa penderitaan besar.
Tokoh Kunci:
TUHAN: Inisiator penghakiman dan pemulihan.
Obaja: Nabi yang menerima dan menyampaikan penglihatan.
Edom/Esau: Bangsa yang akan dihukum.
Yehuda/Yakub/Israel: Bangsa yang dikhianati, yang akan dipulihkan.
Struktur Kitab:
Pengumuman Hukuman atas Edom (Ayat 1-9)
Alasan Hukuman: Dosa Edom terhadap Yehuda (Ayat 10-14)
Hari TUHAN: Keadilan bagi Edom dan Bangsa-Bangsa (Ayat 15-16)
Pemulihan Israel dan Kerajaan TUHAN (Ayat 17-21)
Ayat Kunci: "Sebab telah dekat hari TUHAN menimpa segala bangsa. Seperti yang telah kaulakukan, demikianlah akan dilakukan kepadamu, perbuatanmu akan kembali menimpa kepalamu sendiri." (Obaja 1:15). Ayat ini merangkum tema keadilan ilahi yang setimpal (lex talionis).
Hikmah & Relevansi (Ajaran Katolik):
Dosa Kesombongan: Kitab ini adalah peringatan keras bahwa kesombongan ("keangkuhan hatimu telah memperdaya engkau," ay. 3) mendahului kehancuran.
Dosa Kelalaian (Omission): Edom tidak hanya dihukum karena tindakan jahatnya (menjarah, menutup jalan bagi pengungsi), tetapi juga karena "berdiri menonton saja" (ay. 11) saat saudaranya menderita. Ini menggemakan ajaran tentang dosa kelalaian—gagal bertindak saat keadilan menuntutnya.
Keadilan Ilahi: TUHAN melihat ketidakadilan dan pada akhirnya akan memberlakukan keadilan yang sempurna.
Harapan Eskatologis: Kitab ini diakhiri dengan harapan pemulihan total, di mana "para penyelamat akan naik ke atas gunung Sion... maka TUHAN-lah yang akan menjadi raja" (ay. 21). Ini adalah janji kemenangan akhir Kerajaan Allah.
Bagian 2: Rangkuman Naratif Isi Kitab
Kitab ini dibuka dengan sebuah penglihatan yang diterima oleh Obaja, sebuah firman dari TUHAN mengenai Edom. TUHAN telah mengutus seorang utusan ke antara bangsa-bangsa, menyerukan agar mereka bangkit dan bersiap untuk berperang melawan Edom. TUHAN menyatakan bahwa meskipun Edom merasa dirinya hebat, tinggal di celah-celah batu yang tinggi dan berkata dalam hatinya, "Siapakah yang dapat menurunkan aku ke bumi?", kesombongan itulah yang akan menipu mereka. Sekalipun mereka membuat sarang setinggi burung rajawali atau di antara bintang-bintang, TUHAN sendiri bersumpah akan menurunkan mereka dari sana. Kehancuran mereka akan bersifat total dan tuntas; tidak seperti pencuri yang hanya mengambil apa yang mereka butuhkan, atau pemetik buah anggur yang menyisakan sedikit, Edom akan dijarah sampai habis. Para sekutu tepercaya mereka akan berbalik melawan mereka, dan orang-orang bijak serta pahlawan mereka akan binasa dari pegunungan Esau.
Alasan di balik penghakiman yang mengerikan ini kemudian dijelaskan secara rinci: "karena kekerasan terhadap saudaramu, Yakub." Aib akan menimpa Edom selamanya karena apa yang mereka lakukan pada hari bencana Yerusalem. Ketika orang-orang asing menjarah kekayaan kota dan membuang undi atasnya, Edom hanya berdiri di kejauhan, bersikap acuh tak acuh seolah-olah mereka adalah salah satu dari musuh. Lebih buruk lagi, mereka seharusnya tidak memandang rendah saudara mereka pada hari kemalangan mereka, atau bersukacita atas kehancuran Yehuda. Namun, mereka melakukannya. Mereka bahkan ikut serta dalam penjarahan, menjarah kekayaan mereka, dan yang paling keji, mereka berdiri di persimpangan jalan untuk memotong pelarian orang-orang yang selamat, dan menyerahkan mereka yang tersisa kepada musuh.
Narasi kemudian beralih ke prospek yang lebih luas dari "Hari TUHAN", yang sudah dekat menimpa segala bangsa. Ini adalah hari pembalasan yang ilahi dan adil. TUHAN memberlakukan prinsip keadilan yang setimpal: "Seperti yang telah kaulakukan, demikianlah akan dilakukan kepadamu." Sebagaimana Edom minum dan berpesta di atas gunung kudus-Nya merayakan kejatuhan Yehuda, demikian pula mereka dan bangsa-bangsa lain akan minum cawan murka TUHAN sampai mereka lenyap seolah-olah tidak pernah ada.
Namun, di tengah penghakiman ini, kitab ditutup dengan visi pemulihan dan harapan yang mulia. Di Gunung Sion, akan ada keselamatan dan kekudusan. Kaum keturunan Yakub akan merebut kembali milik pusaka mereka. Nubuat menyatakan bahwa kaum Yakub akan menjadi api, dan kaum Yusuf (melambangkan kerajaan utara Israel) akan menjadi nyala api, sementara kaum Esau akan menjadi tunggul jerami yang akan mereka bakar dan lahap habis, tidak meninggalkan sisa apa pun bagi mereka. Umat Israel yang diasingkan akan kembali dan memperluas wilayah mereka ke segala arah, menduduki tanah Edom, Filistea, Efraim, dan Samaria. Para penyelamat akan naik ke Gunung Sion untuk memerintah dan menghakimi pegunungan Esau. Rangkuman ini mencapai puncaknya pada deklarasi teologis tertinggi, yang menegaskan kedaulatan tertinggi Allah atas segala sesuatu: "Maka TUHAN-lah yang akan menjadi raja."
Kitab 1 Tawarikh ditulis setelah kembalinya bangsa Israel dari pembuangan, berfungsi untuk meneguhkan identitas dan harapan mereka. Fokus utama adalah garis keturunan yang sah, penggambaran Daud sebagai raja ideal, dan pentingnya pembangunan Bait Suci. Silsilah yang panjang menegaskan identitas bangsa, sementara narasi tentang pemerintahan Daud menunjukkan persatuan dan ibadah yang benar sebagai dasar harapan bagi masa depan Israel.
Kitab 1 Samuel mencatat transisi dari kepemimpinan hakim ke monarki di Israel, berfokus pada tokoh-tokoh utama seperti Samuel, Saul, dan Daud. Samuel, sebagai nabi dan hakim terakhir, memimpin Israel melawan Filistin. Saul, raja pertama, ditolak Tuhan karena ketidaktaatan, sementara Daud, yang diurapi sebagai raja baru, menghadapi berbagai tantangan dan pengkhianatan sebelum Saul tewas dalam pertempuran, membuka jalan bagi Daud untuk naik takhta.
Kitab 1 Raja-Raja mencatat sejarah Israel dari pemerintahan Raja Daud hingga pelayanan Nabi Elia, menggambarkan kemegahan dan perpecahan kerajaan. Raja Salomo memimpin Israel ke puncak kejayaan dengan membangun Bait Suci, tetapi ketidaktaatannya menyebabkan kemarahan Tuhan dan perpecahan kerajaan setelah kematiannya. Kerajaan terpecah menjadi Israel dan Yehuda, dengan konflik dan kemerosotan rohani yang mendominasi. Nabi Elia muncul untuk menantang penyembahan Baal yang dipromosikan oleh Raja Ahab dan Izebel, culminating in a dramatic confrontation on Mount Carmel.