Kitab Ulangan berisi pidato perpisahan Musa kepada bangsa Israel sebelum memasuki Tanah Perjanjian, mengingatkan mereka akan perjalanan 40 tahun di padang gurun dan pentingnya ketaatan kepada TUHAN. Musa mengulang hukum-hukum yang diberikan di Sinai, menekankan kasih sebagai motivasi utama untuk menaati hukum, serta menjelaskan pilihan antara berkat dan kutuk berdasarkan ketaatan. Ia juga menahbiskan Yosua sebagai penggantinya dan menutup hidupnya dengan melihat Tanah Perjanjian sebelum wafat.
Kitab Ulangan adalah catatan dari serangkaian pidato perpisahan yang disampaikan oleh Musa kepada generasi baru bangsa Israel. Mereka berkemah di dataran Moab, di seberang Sungai Yordan, siap memasuki Tanah Perjanjian. Generasi orang tua mereka telah binasa di padang gurun karena ketidaktaatan, dan kini, Musa—yang juga tidak diizinkan masuk—harus memastikan generasi baru ini tidak mengulangi kesalahan yang sama.
Bagian 1: Mengingat Masa Lalu (Ulangan 1-4)
Musa memulai dengan mengajak bangsa Israel melihat kembali perjalanan 40 tahun mereka di padang gurun. Ia mengingatkan mereka tentang bagaimana TUHAN telah memimpin dengan setia, tetapi juga bagaimana generasi sebelum mereka memberontak di Kadesh Barnea. Karena ketakutan pada raksasa-raksasa di Kanaan dan kurangnya iman, mereka menolak untuk masuk ke tanah yang telah TUHAN janjikan. Akibatnya, seluruh generasi itu dihukum mati di padang gurun, kecuali Kaleb dan Yosua.
Musa menekankan pelajaran penting dari sejarah ini: ketaatan membawa berkat dan kehidupan, sementara ketidaktaatan membawa hukuman. Ia mendesak generasi baru untuk belajar dari kegagalan orang tua mereka dan memegang teguh perjanjian dengan TUHAN, satu-satunya Allah yang benar, serta menjauhi penyembahan berhala.
Bagian 2: Mengulang Hukum Taurat (Ulangan 5-26)
Ini adalah inti dari kitab ini, di mana Musa menguraikan kembali hukum-hukum yang diberikan TUHAN di Gunung Sinai (Horeb). Ini bukan sekadar pengulangan, tetapi penjelasan makna dan relevansinya bagi kehidupan mereka di tanah yang baru.
Sepuluh Perintah Allah: Musa mengingatkan kembali Sepuluh Perintah sebagai dasar dari perjanjian mereka dengan TUHAN.
Kasih sebagai Perintah Utama: Musa menyampaikan Shema, pengakuan iman Israel yang paling mendasar: "Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa! Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu." (Ulangan 6:4-5). Kasih kepada TUHAN menjadi motivasi utama untuk menaati hukum-Nya.
Hukum untuk Kehidupan Baru: Musa merinci berbagai peraturan yang akan mengatur kehidupan mereka di Kanaan—mulai dari ibadah terpusat di satu tempat yang akan dipilih TUHAN, peraturan tentang makanan halal dan haram, perayaan hari-hari raya, hingga hukum sosial yang adil bagi orang miskin, janda, anak yatim, dan orang asing. Semua hukum ini dirancang agar Israel menjadi bangsa yang kudus, berbeda dari bangsa-bangsa penyembah berhala di sekitar mereka.
Bagian 3: Memilih Antara Berkat dan Kutuk (Ulangan 27-30)
Setelah menguraikan hukum, Musa menempatkan pilihan yang jelas di hadapan bangsa Israel. Ia memerintahkan mereka untuk mengadakan upacara di Gunung Gerizim dan Gunung Ebal setelah mereka menyeberangi Sungai Yordan.
Berkat di Gunung Gerizim: Jika mereka taat kepada TUHAN, mereka akan diberkati dengan kelimpahan hasil panen, kemenangan atas musuh, kesehatan, dan kemakmuran.
Kutuk di Gunung Ebal: Namun, jika mereka berpaling dari TUHAN dan menyembah ilah lain, mereka akan menghadapi kutuk yang mengerikan: kekalahan, penyakit, kelaparan, dan puncaknya, pembuangan dari Tanah Perjanjian.
Musa dengan penuh semangat memohon agar mereka "memilih kehidupan," yaitu dengan mengasihi dan menaati TUHAN, agar mereka dan keturunan mereka dapat hidup lama di tanah yang dijanjikan kepada Abraham, Ishak, dan Yakub.
Bagian 4: Transisi Kepemimpinan dan Akhir Hidup Musa (Ulangan 31-34)
Waktu Musa telah tiba. Di hadapan seluruh Israel, ia menahbiskan Yosua bin Nun sebagai penggantinya, seorang pemimpin yang akan membawa mereka masuk ke Tanah Perjanjian. Musa meyakinkan Yosua dan bangsa itu bahwa TUHAN sendiri akan menyertai mereka.
Musa kemudian menuliskan seluruh hukum Taurat ini dan menyerahkannya kepada para imam Lewi untuk disimpan di samping Tabut Perjanjian dan dibacakan kepada seluruh bangsa setiap tujuh tahun. Ia juga menyanyikan sebuah nyanyian kenabian yang meramalkan kesetiaan dan ketidaksetiaan Israel di masa depan.
Akhirnya, setelah memberkati kedua belas suku Israel, Musa naik ke Gunung Nebo. Dari puncak gunung itu, TUHAN menunjukkan kepadanya seluruh Tanah Perjanjian—dari Gilead hingga Dan, dari Naftali hingga laut barat. TUHAN berkata, "Inilah negeri yang Kujanjikan... Aku mengizinkan engkau melihatnya dengan matamu sendiri, tetapi engkau tidak akan menyeberang ke sana."
Di sanalah Musa, hamba TUHAN itu, wafat pada usia 120 tahun. TUHAN sendiri yang menguburkannya di sebuah lembah di tanah Moab, dan tidak ada yang tahu di mana kuburnya sampai hari ini. Kitab Ulangan ditutup dengan penghormatan tertinggi baginya: tidak pernah lagi ada nabi di Israel seperti Musa, yang dikenal TUHAN dengan berhadapan muka.
Kitab 1 Tawarikh ditulis setelah kembalinya bangsa Israel dari pembuangan, berfungsi untuk meneguhkan identitas dan harapan mereka. Fokus utama adalah garis keturunan yang sah, penggambaran Daud sebagai raja ideal, dan pentingnya pembangunan Bait Suci. Silsilah yang panjang menegaskan identitas bangsa, sementara narasi tentang pemerintahan Daud menunjukkan persatuan dan ibadah yang benar sebagai dasar harapan bagi masa depan Israel.
Kitab 1 Samuel mencatat transisi dari kepemimpinan hakim ke monarki di Israel, berfokus pada tokoh-tokoh utama seperti Samuel, Saul, dan Daud. Samuel, sebagai nabi dan hakim terakhir, memimpin Israel melawan Filistin. Saul, raja pertama, ditolak Tuhan karena ketidaktaatan, sementara Daud, yang diurapi sebagai raja baru, menghadapi berbagai tantangan dan pengkhianatan sebelum Saul tewas dalam pertempuran, membuka jalan bagi Daud untuk naik takhta.
Kitab 1 Raja-Raja mencatat sejarah Israel dari pemerintahan Raja Daud hingga pelayanan Nabi Elia, menggambarkan kemegahan dan perpecahan kerajaan. Raja Salomo memimpin Israel ke puncak kejayaan dengan membangun Bait Suci, tetapi ketidaktaatannya menyebabkan kemarahan Tuhan dan perpecahan kerajaan setelah kematiannya. Kerajaan terpecah menjadi Israel dan Yehuda, dengan konflik dan kemerosotan rohani yang mendominasi. Nabi Elia muncul untuk menantang penyembahan Baal yang dipromosikan oleh Raja Ahab dan Izebel, culminating in a dramatic confrontation on Mount Carmel.