Kitab Zakharia, ditulis oleh Nabi Zakharia pasca-pembuangan Babel, berisi penglihatan dan nubuat tentang pembangunan Bait Suci dan kedatangan Raja Mesianik. Pesan utama mencakup panggilan untuk pertobatan, pentingnya kekuatan Roh Tuhan dalam pembangunan, serta nubuat tentang penolakan dan penderitaan Sang Mesias. Kitab ini juga menjelaskan peran penting tokoh-tokoh seperti Zerubabel dan Yosua, serta menekankan pemulihan Yerusalem dan penghakiman akhir yang akan datang.
Rangkuman Lengkap Kitab Zakharia: Visi, Sang Tunas, dan Raja yang Akan Datang
Kitab Zakharia adalah salah satu kitab nabi-nabi kecil yang terpanjang dan paling kompleks. Ditulis setelah kepulangan dari pembuangan Babel, kitab ini dimulai dengan serangkaian penglihatan (visi) malam hari yang sureal untuk memberi semangat kepada para pembangunan kembali Bait Suci, dan diakhiri dengan kumpulan nubuat (ucapan ilahi) yang mendalam tentang kedatangan Raja Mesianik yang menderita namun pada akhirnya jaya.
BAGIAN 1: Wawasan Singkat Kitab Zakharia
Berikut adalah poin-poin penting untuk memahami konteks dan inti dari Kitab Zakharia:
Penulis dan Latar Belakang: Nabi Zakharia bin Berekhya bin Ido. Ia adalah seorang imam (dari garis keturunan Ido) dan juga seorang nabi. Ia berkarya bersamaan dengan Nabi Hagai di Yerusalem pasca-pembuangan.
Waktu Penulisan: Kitab ini memiliki dua bagian yang berbeda:
Zakharia 1-8: Ditulis dengan penanggalan yang jelas, dimulai pada tahun kedua pemerintahan Raja Darius dari Persia (520 SM), beberapa bulan setelah Hagai memulai pelayanannya. Tujuannya adalah memberi semangat rohani kepada para "sisa-sisa umat" untuk menyelesaikan pembangunan Bait Suci.
Zakharia 9-14: Ditulis dalam gaya yang berbeda (nubuat puitis, bukan visi) dan kemungkinan besar berasal dari periode yang lebih belakangan. Bagian ini berfokus pada masa depan yang lebih jauh: kedatangan Sang Mesias, penolakan-Nya, dan pertempuran terakhir untuk Yerusalem.
Inti Pesan: Pesan utamanya beralih dari yang segera ke yang eskatologis (akhir zaman).
Pasal 1-8: Jangan hanya membangun kembali Bait Suci secara fisik, tetapi kembalilah kepada TUHAN dengan hati yang murni (tidak seperti nenek moyangmu). TUHAN memiliki rencana kosmik untuk memurnikan umat-Nya (diwakili oleh Yosua) dan memberdayakan pemimpin mereka (diwakili oleh Zerubabel) melalui Roh-Nya, bukan kekuatan manusia.
Pasal 9-14: TUHAN akan mengirim seorang Raja Mesianik. Raja ini akan datang dengan rendah hati (mengendarai keledai), namun Ia akan ditolak, dikhianati (seharga 30 keping perak), dan ditikam. Penolakan ini akan membawa pada penghakiman, tetapi juga pada pertobatan mendalam dan pemurnian akhir bagi Yerusalem, yang pada akhirnya akan menjadi pusat penyembahan bagi seluruh dunia.
Struktur:
Panggilan Pertobatan (1:1-6)
Delapan Penglihatan Malam Hari (1:7 - 6:8)
Tindakan Simbolis: Penobatan Yosua (6:9-15)
Pertanyaan tentang Puasa (Pivot) (Pasal 7-8)
Ucapan Ilahi Pertama: Raja yang Rendah Hati & Gembala yang Ditolak (Pasal 9-11)
Ucapan Ilahi Kedua: Raja yang DItikam & Kemenangan Akhir (Pasal 12-14)
Tokoh Kunci yang Disebut:
TUHAN (YHWH): Sumber kedaulatan, penghakiman, dan pengharapan.
Zakharia: Nabi dan imam, penerima visi.
Darius: Raja Persia (penanda waktu).
Zerubabel bin Sealtiel: Gubernur Yehuda (garis keturunan Daud).
Yosua bin Yozadak: Imam Besar (garis keturunan imam).
Malaikat TUHAN: Pemandu dan penafsir utama Zakharia dalam visi-visinya.
Setan (Satan): "Sang Pendakwa" yang menuduh Yosua.
Tunas (Sang Tunas): Gelar Mesianik yang merujuk pada sosok yang akan membangun Bait Suci sejati.
Ayat Kunci (Sangat Terkenal):
Zakharia 4:6: "Inilah firman TUHAN kepada Zerubabel bunyinya: 'Bukan dengan keperkasaan dan bukan dengan kekuatan, melainkan dengan roh-Ku,' firman TUHAN semesta alam."
Zakharia 9:9: "Bersorak-soraklah dengan nyaring, hai puteri Sion... lihat, rajamu datang kepadamu; ia adil dan jaya, lemah lembut dan mengendarai seekor keledai, seekor keledai beban yang muda." (Digenapi pada Minggu Palma).
Zakharia 11:12-13: Nubuat tentang "tiga puluh uang perak" sebagai upah gembala, yang kemudian dilemparkan "kepada penjunan" di rumah TUHAN. (Digenapi dalam pengkhianatan Yudas).
Zakharia 12:10: "...mereka akan memandang kepada dia yang telah mereka tikam, dan akan meratapi dia seperti orang meratapi anak tunggal..." (Digenapi pada Penyaliban).
Hikmah (Perspektif Katolik): Kitab Zakharia adalah salah satu kitab yang paling banyak dikutip dalam narasi Sengsara Yesus. Kitab ini secara luar biasa menjembatani Perjanjian Lama dan Baru. Sosok Yosua yang didakwa Setan namun dimurnikan oleh anugerah Allah (Zakh 3) adalah gambaran (tipologi) Kristus yang menanggung dosa kita. Sosok "Tunas" (Zakh 6) yang menyatukan peran Imam (Yosua) dan Raja (Zerubabel) menunjuk langsung kepada Yesus Kristus, Sang Imam Besar dan Raja Abadi. Nubuat-nubuat di pasal 9-14 membentuk "cetakan" bagi pemahaman para Rasul tentang identitas Yesus sebagai Mesias yang harus menderita sebelum masuk ke dalam kemuliaan-Nya.
BAGIAN 2: Rangkuman Naratif Isi Kitab
Pelayanan Nabi Zakharia dimulai pada tahun kedua pemerintahan Raja Darius (520 SM), tak lama setelah Hagai mulai berkhotbah. Seperti Hagai, ia ditugaskan untuk memberi semangat kepada Gubernur Zerubabel dan Imam Besar Yosua untuk melanjutkan pembangunan Bait Suci. Namun, pesan pembuka Zakharia bersifat rohani: ia memperingatkan "sisa-sisa umat" untuk tidak menjadi seperti nenek moyang mereka yang keras hati. Pertobatan sejati harus mendahului pembangunan fisik.
Beberapa bulan kemudian, Zakharia menerima serangkaian delapan penglihatan (visi) dalam satu malam, yang membentuk inti dari bagian pertama kitab ini. Penglihatan-penglihatan ini, yang sering kali dijelaskan oleh Malaikat TUHAN, bergerak dari penghiburan ke pemurnian:
Para Penunggang Kuda: Kuda-kuda patroli melaporkan bahwa bumi sedang "tenang dan aman," yang membuat Malaikat TUHAN berseru, "Berapa lama lagi Engkau tidak menyayangi Yerusalem?" TUHAN menjawab dengan kata-kata penghiburan, berjanji Ia "sangat cemburu" pada Sion dan akan memulihkannya.
Empat Tanduk dan Empat Tukang Besi: Empat tanduk melambangkan bangsa-bangsa yang telah menyerakkan Yehuda. Empat tukang besi datang untuk menjatuhkan tanduk-tanduk itu. Pesan: Para penindas akan dihakimi.
Pria dengan Tali Pengukur: Seorang pria hendak mengukur Yerusalem untuk membangun tembok. Malaikat menghentikannya, menubuatkan bahwa Yerusalem di masa depan akan begitu penuh sehingga menjadi "kota yang terbuka", dengan TUHAN sendiri sebagai "tembok api" di sekelilingnya.
Pentahiran Imam Besar Yosua: Ini adalah visi sentral. Zakharia melihat Yosua sang Imam Besar berdiri di hadapan Malaikat TUHAN, mengenakan "pakaian kotor" (melambangkan dosa umat). Setan (Sang Pendakwa) berdiri di kanannya untuk menuduhnya. Malaikat TUHAN membungkam Setan, lalu memerintahkan agar pakaian kotor Yosua ditanggalkan dan diganti dengan pakaian pesta yang bersih serta serban yang tahir. Ini adalah gambaran kuat dari pengampunan dan pembenaran ilahi—pemulihan imamat.
Kandil Emas dan Dua Pohon Zaitun: Zakharia melihat sebuah kandil emas murni (Menorah) dengan mangkuk di atasnya, yang terus-menerus dialiri minyak dari dua pohon zaitun di sampingnya. Malaikat menjelaskan bahwa kedua pohon zaitun itu adalah "dua orang yang diurapi" yang melayani TUHAN—merujuk pada Yosua (imamat) dan Zerubabel (pemerintahan). Visi ini adalah pesan langsung untuk Zerubabel: pekerjaan pembangunan Bait Suci tidak akan berhasil dengan kekuatan manusia, "Bukan dengan keperkasaan dan bukan dengan kekuatan, melainkan dengan roh-Ku."
Gulungan Kitab Terbang: Sebuah gulungan kitab raksasa terbang di atas negeri, berisi kutukan yang akan masuk ke rumah pencuri dan orang yang bersumpah palsu. Pesan: Pemurnian moral sedang terjadi di dalam umat.
Perempuan dalam Efa: Zakharia melihat sebuah bakul (efa) besar. Ketika tutupnya dibuka, ada seorang perempuan di dalamnya, yang disebut Malaikat sebagai "Kefasikan". Perempuan itu didorong kembali ke dalam bakul, ditutup dengan timah, dan diangkut oleh dua perempuan bersayap ke tanah Sinear (Babel). Pesan: Dosa sedang disingkirkan dari tanah perjanjian.
Empat Kereta Perang: Empat kereta perang dengan kuda-kuda berwarna berbeda muncul dari antara dua gunung tembaga untuk berpatroli di bumi, kali ini untuk melaksanakan penghakiman TUHAN dan "memberi istirahat" bagi Roh-Nya di utara (Babel).
Setelah visi-visi tersebut, TUHAN memerintahkan Zakharia untuk mengambil perak dan emas dari para buangan dan membuat mahkota. Secara mengejutkan, ia diperintahkan untuk meletakkan mahkota itu di kepala Imam Besar Yosua, bukan Zerubabel yang dari garis keturunan raja. TUHAN kemudian menubuatkan tentang seorang pria bernama "Tunas", yang akan "membangun bait TUHAN" dan akan duduk di takhtanya sebagai imam sekaligus raja—menyatukan dua jabatan dalam satu figur Mesianik.
Bagian tengah kitab (Pasal 7-8) beralih fokus. Dua tahun kemudian, orang-orang bertanya kepada Zakharia apakah mereka harus terus berpuasa untuk memperingati kehancuran Bait Suci, padahal Bait Suci yang baru hampir selesai. TUHAN menjawab dengan teguran: puasa mereka selama ini egois, tidak tulus. Yang TUHAN inginkan bukanlah puasa, melainkan "keadilan, kasih setia, dan belas kasihan" (mirip dengan Mikha 6:8). Jika mereka bertobat, TUHAN berjanji akan memulihkan Yerusalem dengan luar biasa, mengubah hari-hari puasa mereka menjadi "hari-hari raya yang menggembirakan", di mana bangsa-bangsa akan datang "memegang punca jubah seorang Yahudi" untuk mencari TUHAN.
Gaya penulisan kemudian berubah secara drastis di Pasal 9, beralih ke "ucapan-ucapan ilahi" (nubuat) tentang masa depan. Nubuat pertama (Pasal 9-11) mengumumkan penghakiman atas musuh-musuh Israel, yang berpuncak pada kedatangan Raja Sion: "Lihat, rajamu datang kepadamu... lemah lembut dan mengendarai seekor keledai." (9:9). Raja ini akan membawa damai. Namun, nada menjadi gelap di Pasal 11. Zakharia mengambil peran simbolis sebagai gembala bagi "domba-domba sembelihan", tetapi umat (dan para pemimpin mereka) menolaknya. Ketika ia meminta upahnya, mereka menimbangnya "tiga puluh uang perak." Dalam sebuah adegan yang mengerikan, TUHAN menyuruhnya melemparkan uang itu—"harga yang tinggi" yang mereka tetapkan baginya—"kepada penjunan" di Bait Suci. Ini adalah nubuat yang merinci penolakan tragis terhadap Gembala sejati.
Nubuat kedua dan terakhir (Pasal 12-14) adalah visi eskatologis (akhir zaman) yang intens. Seluruh bangsa akan berkumpul untuk menyerang Yerusalem. Namun, TUHAN akan membela kota itu. Di tengah pertempuran, sesuatu yang luar biasa terjadi: TUHAN akan mencurahkan roh pengasihan, dan penduduk Yerusalem akan "memandang kepada dia yang telah mereka tikam, dan akan meratapi dia seperti orang meratapi anak tunggal." (12:10). Ratapan ini membawa pada pertobatan nasional, dan TUHAN membuka "suatu sumber... untuk membasuh dosa dan kecemaran" (13:1). TUHAN juga menubuatkan bahwa "Gembala" (Rekan-Ku) akan dipukul, dan domba-domba akan tercerai-berai (dikutip Yesus saat penangkapan-Nya). Kitab ini ditutup dengan "Hari TUHAN" terakhir. Yerusalem ditaklukkan, tetapi kemudian TUHAN sendiri turun ke Bukit Zaitun, yang terbelah dua. Ia berperang untuk umat-Nya, dan "air kehidupan" akan mengalir dari Yerusalem. Pada akhirnya, TUHAN akan menjadi Raja atas seluruh bumi, dan segala sesuatu, dari "kucing-kucing kuda" hingga periuk-periuk, akan ditahbiskan sebagai "KUDUS BAGI TUHAN."
Kitab 1 Tawarikh ditulis setelah kembalinya bangsa Israel dari pembuangan, berfungsi untuk meneguhkan identitas dan harapan mereka. Fokus utama adalah garis keturunan yang sah, penggambaran Daud sebagai raja ideal, dan pentingnya pembangunan Bait Suci. Silsilah yang panjang menegaskan identitas bangsa, sementara narasi tentang pemerintahan Daud menunjukkan persatuan dan ibadah yang benar sebagai dasar harapan bagi masa depan Israel.
Kitab 1 Samuel mencatat transisi dari kepemimpinan hakim ke monarki di Israel, berfokus pada tokoh-tokoh utama seperti Samuel, Saul, dan Daud. Samuel, sebagai nabi dan hakim terakhir, memimpin Israel melawan Filistin. Saul, raja pertama, ditolak Tuhan karena ketidaktaatan, sementara Daud, yang diurapi sebagai raja baru, menghadapi berbagai tantangan dan pengkhianatan sebelum Saul tewas dalam pertempuran, membuka jalan bagi Daud untuk naik takhta.
Kitab 1 Raja-Raja mencatat sejarah Israel dari pemerintahan Raja Daud hingga pelayanan Nabi Elia, menggambarkan kemegahan dan perpecahan kerajaan. Raja Salomo memimpin Israel ke puncak kejayaan dengan membangun Bait Suci, tetapi ketidaktaatannya menyebabkan kemarahan Tuhan dan perpecahan kerajaan setelah kematiannya. Kerajaan terpecah menjadi Israel dan Yehuda, dengan konflik dan kemerosotan rohani yang mendominasi. Nabi Elia muncul untuk menantang penyembahan Baal yang dipromosikan oleh Raja Ahab dan Izebel, culminating in a dramatic confrontation on Mount Carmel.